Senin, 22 Maret 2010

Editorial Buletin KDAKI Edisi II: Pemuda Dan Pintu Kemerdekaan


Kata teman, ”semangat dan hingar-bingar hari pahlawan tidak terasa lagi. Mengapa?” Mendengar pertanyaan ini, membuat kita sedikit menolehkan mata untuk mengamati. Dan tentu kita akan melihat hal yang sama. Tanggal 10 nopember merupakan hari yang penting bagi bangsa Indonesia. Penting karena di balik tanggal itu, tersimpang emas sejarah bagi perjalanan bangsa kita. 10 nopember dikenal sebagai hari pahlawan, artinya jika semangat dan hingar-bingar memperingati tidak lagi semeriah yang lalu, maka kita bisa menafsirkan sendiri apa yang sedang terjadi. Beriringan dengan Hari Pahlawan, satu bulan sebelumnya, yakni tanggal 28 oktober bangsa ini memperingati hari bersejarah lainnya. Hari Sumpah Pemuda, tepat tanggal 28 oktober 1928 generasi muda Indonesia mengikrarkan janji setianya pada Ibu Pertiwi. Dan hebatnya janji itu dibuktikan dengan lahirnya Indonesia sebagai negara di kemudian hari. Sungguh teladan yang patut diingat dan disaksikan setiap tahunnya.

Tindakan-tindakan kepahlawanan yang demikian perlu didegungkan setiap waktu dan jika perlu ditulis kembali agar cerita seperti ini tidak menjadi isapan jempol dikemudian hari. Hal ini diperlukan agar generasi selanjutnya tidak melupakannnya, yang akhirnya menjadi generasi yang terhilang. Ingat! Generasi yang terputus dari sejarah adalah generasi yang hidup tanpa tujuan!

Menjadi generasi terhilang dalam konteks Indonesia adalah hal yang terbuka lebar. Bagaimana tidak, jika di zaman ini, generasi membaca (membaca sejarah) dan menulis hampir punah dan tidak bermunculan. Kalau pun ada, itu hanya beberapa. Pesimisme ini didukung oleh berbagai fakta miris kondisi anak bangsa. Kebiasaan baik dan ilimiah dalam konteks mahasiswa kian menghilang. Generasi muda, khususnya mahasiswa tidak lagi memperjuangkan cara hidup sesuai dengan identitasnya. Mahasiswa lebih menyukai hal-hal praktis dan cara hidup yang gampangan. Kebiasaan berpikir kritis bukan lagi budaya yang bisa kita temui. Akibatnya, sulit bagi kita mengharapkan mahasiswa untuk bersumbangsi solusi bagi bangsa. Sungguh perbedaan yang jauh, jika kondisi generasi jaman ini dicerminkan dengan kondisi generasi muda di jaman kemerdekaan. Pesimis dan sungguh pesimis melihat keberadaan generasi muda Indonesia, namun itulah kondisinya.

Walaupun demikian, secercak harapan tetaplah ada. Dengan usaha dan kerja keras, tidak mustahil akan muncul generasi-generasi pencinta dan penerus sejarah. Dengan kita berusaha, akan memunculkan generasi-generasi anti keterhilangan, dan memunculkan juga generasi-generasi penyuka buku dan pencinta menulis.

Bertolak dari itu, kami dari KDAKI (Kelompok Diskusi Artikel Kristen Indonesia) mencoba untuk mengusik kondisi ini. Dengan untaian kata dalam beberapa artikel, kami mencoba mempertanyakan keberadaan generasi muda. Dan harapannya, hal ini bisa mengugah generasi muda yang membaca untuk bangkit dan bersumbangsi bagi bangsa. Setidak-tidaknya sadar bahwa dirinya hidup di Indonesia, dibutuhkan oleh bangsa Indonesia, dan untuk itu, dia dan kita harus mempersiapkan diri dan berbuat sesuatu.

Setiap bagian tidak diharapkan menyudutkan pihak tertentu. Berbagai data dimunculkan hanya untuk menunjang obyektivitas penulisan. Masukan dan kritikan pun berlaku bagi kita semua, termasuk anggota KDAKI. Jadi, besar harapan kami setiap tulisan yang ada bisa mecerahkan dan memberi masukan positif bagi kemaslahatan kita bersama. Soli Deo Gloria

Oleh: R. Graal Taliawo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar