Senin, 22 Maret 2010

Wujudkan Perdamaian Tanpa Kekerasa

Oleh: Elfitri K.

Hari Sumpah Pemuda telah lama berlalu. Namun, akankah semangat Sumpah Pemuda turut larut seiring berjalannya waktu?

Sejarah mencatat, Sumpah Pemuda merupakan simbolik dari puncak peran pemuda dalam perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejarah perjuangan merintis kemerdekaan bangsa Indonesia mencatat Sumpah Pemuda, peristiwa 28 Oktober 1928 sebagai motivasi, semangat dan tekat mengusir penjajah dari Indonesia. Hal tersebut menjadi salah satu karya pemuda dan menjadi salah satu tonggak perjalanan bangsa Indonesia. Delapan puluh satu tahun yang lalu, semangat persatuan dan kesatuan yang dilandasi kesadaran bahwa seluruh warga Indonesia berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia, berbahasa satu, yaitu bahasa Indonesia dan bertanah air satu, tanah air Indonesia, hadir dan menjadi peristiwa bersejarah bagi Indonesia. Sampai akhirnya, kemerdekaan diperoleh dengan perjuangan keras masyarakat Indonesia yang didalamnya terdapat semangat pemuda bangsa Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 dan diharapkan akan terus menjadi jiwa bangsa Indonesia.

Namun bagaimana dengan pemuda saat ini? Masihkah semangat Sumpah Pemuda ada dalam diri pemuda Indonesia?

Keberadaan pemuda dalam suatu bangsa sangat dibutuhkan. Keberadaannya sebagai 
manusia muda yang masih memiliki perjalanan panjang dalam hidupnya diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi bangsa. Kita sering mendengar pernyataan bahwa pemuda adalah agen perubahan suatu bangsa. Pemuda diharapkan dapat berperan sebagai penerus estafet perjuangan yang meneruskan dan menentukan masa depan suatu bangsa. Sejarah membuktikan mengenai peranan pemuda yang sangat mendominasi dalam setiap perubahan yang ada di dunia ini. Hal ini menyatakan pemuda sesungguhnya bukan hanya bagian dari lapisan sosial dalam masyarakat, namun pemuda menjalankan peranan penting dalam perubahan sosial. Tetapi, jauh dari itu, pemuda merupakan penerapan sebuah konsepsi seorang pemimpin dan pemilik masa depan bangsa. Tapi, apakah konsep pemuda demikian ada dalam diri pemuda Indonesia saat ini?

Ironis memang ketika pemuda tidak tahu perannya dalam suatu negara. Namun, tragis ketika pemuda tidak mengetahui hal yang menjadi tujuan hidupnya. Tidak menutup mata ketika saat ini kita menyaksikan kondisi pemuda Indonesia. Jangankan memikirkan perannya bagi bangsa Indonesia, hal yang terbaik bagi dirinya saja sering lewat dari pemikirannya. Hal ini menunjukan kondisi yang terbalik. Kini, bangsa Indonesia “kewalahan” dalam mengolah manusia muda yang saat ini mencapai nilai tertinggi sebagai pengisi lowongan pengangguran. Salah satu kondisi ini menjadi ‘PR’ besar bagi bangsa. Kemanakah pemuda Indonesia? Dimanakah semangat pemuda yang pernah membuat bangsa Indonesia bangga? Hal yang diharapkan ialah ketika seorang pemuda memiliki tujuan hidup yang benar dalam dirinya, tanpa harus memikirkan perannya, tujuannya akan membawanya menjadi pahlawan kecil yang membuat bangsa Indonesia kembali bangga akan pemuda.

Tujuan hidup sering didengar dengan istilah visi. Visi ialah konsep yang menjadi pandangan dalam hidup seseorang. Dalam mewujudkan visi, seseorang harus memiliki misi atau gambaran suatu hal yang akan dikerjakan. Visi dan misi inilah yang akan membawa seseorang mencapai tujuan dalan kehidupannya. Visi dan misi hidup seseorang dapat dianalogikan sebagai sebuah kurikulum. Kurikulum merupakan sebuah rencana kegiatan, yaitu rencana yang memberikan pedoman pada suatu pengajaran. Sebagai contoh, untuk mencapai suatu target atau tujuan pendidikan, departemen pendidikan harus menentukan kurikulum yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai dalam suatu pengajaran. Jadi visi, misi, tujuan, dan kurikulum memiliki beberapa hal yang sama yaitu memiliki jalan, usaha, rencana kegiatan yang dikerjakan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Sekarang, yang menjadi pertanyaan ialah sudahkah para pemuda Indonesia menentukan visi dan misi dalam hidupnya?

Akhir September lalu, dikawasan wisata Anyer digelar konferensi pemuda Internasional 2009, yang hasilnya menyatakan para pemuda siap berperan dalam mewujudkan perdamaian dunia tanpa kekerasan dan radikalisme. Pembacaan hasil konferensi yang diikuti 150 pemuda dari 25 negara dan 5 benua oleh Ade Rossi, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menjelaskah bahwa pemuda menyatakan sikap tentang peranan pemuda mewujudkan perdamaian dunia tanpa kekerasan dan radikalisme dan akan diwujudkan melalui pendidikan, budaya, olahraga, pemberdayaan masyarakat dan teknologi informasi.

Hal ini menjadi ranah baru bagi pemuda. Sebagai pernyataan yang muncul, diharapkan ini merupakan mimpi yang akan diwujudkan oleh pemuda Indonesia, yakni mewujudkan perdamaian tanpa kekerasan dan radikalisme. Mengenai hal ini, semoga tidak menjadi sebuah peristiwa yang hanya sekedar pada rana pemikiran atau retorika saja melainkan akan menghasilkan tindakan yang benar-benar memperlihatkan peran pemuda Indonesia dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh pemuda Indonesia sebelumnya. Selanjutnya, semoga negara juga tidak hanya mengetahui definisi dan sejarah perjuangan pemuda serta menyampaikan segudang harapannya bagi pemuda. Tapi negara juga wajib mengetahui apa yang menjadi kebutuhan pemuda, serta negara harus berstrategi agar bisa membangun pemuda Indonesia. Semoga!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar