Senin, 22 Maret 2010

Menggapai Kemerdekaan Sejati

Oleh: Ardyanto Kristofel R. Nggili

Semangat persatuan Indonesia terwujud dengan adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Semangat itu adalah semangat untuk bersatu, lepas dari penindasan, dan penguasaan bangsa lain. Satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, demikian seruan pemuda pada waktu itu.

Rasa kebersamaan dalam penderitaan membuat pemuda lebih kuat dan kritis. Jiwa muda yang meledak-ledak mendorong mereka, dan bahkan sampai memaksa para tokoh tua agar mempercepat Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, yang waktu itu sejalan dengan kekalahan Jepang dari sekutu.

Sikap tergesa, tanpa kompromi, dan semangat menjadi nyata ketika terwujudnya Sumpah Pemuda dan Kemerdekaan Indonesia. Peran pemuda saat itu merupakan cerita kepahlawanan yang tidak akan dilupakan dalam sejarah bangsa Indonesia. Namun sayang, semangat nasionalisme pemuda dulu mulai tak dirasakan lagi di masa ini. Padahal, itu adalah semangat baik yang perlu dijaga bagi kelangsungan hidup kita sebagai sebuah bangsa.

Keberadaan pemuda saat ini mengalami banyak perubahan. Pemuda tidak peduli (apatis) terhadap nasib bangsa. Lihat saja seberapa banyak pemuda yang masih peduli terhadap persoalaan bangsa ini? Gaya hidup pemuda pun tidak lagi mecerminkan ciri hidup bangsa Indonesia. Tingkat tata krama dan sikap sopan santun pun mengalami degradasi. Tidak dipungkiri, perkembangan jaman menuntut pola pikir dan penyesuaian yang berbeda. Pemuda dibuat harus mengikuti perkembangan jaman agar tidak disebut ketinggalan jaman. Pergaulan bebas membawa pemuda pada perilaku membahayakan dan merusak masa depan, seperti narkoba, seks bebas, kecanduan alat-alat elektronik (game & facebook). Pemuda lebih rela menghabiskan waktu berjam-jam duduk di depan laptop untuk bermain game atau facebook-kan, dibandingkan membaca dan menulis. Jika banyak waktu yang ada digunakan untuk hal-hal demikian, pertanyaannya adalah masih adakah hati dan waktu buat kita memikirkan persoalan bangsa ini? Dan apakah kebiasaan ini merupakan warisan kemerdekaan yang diharapkan? Tentu tidak!

Bukan saatnya pemuda memperjuangkan kemerdekaan dengan bambu runcing seperti masa kemerdekaan. Tapi yang diharapkan bangsa ini adalah adanya semangat dan jiwa pemuda untuk mewujudkan kemerdekaan yang sesungguhnya, yakni bebas dari kebodohan, kemalasan, pertikaian, permusuhan dan mewujudkan bangsa yang bebas dari keterpurukan. Bangsa yang bebas dari situasi politik yang tidak sehat, hukum yang tidak adil, kebobbrokan moral dan perlakuan sewenang-wenang dari kaum elit bangsa.
Kalau dulu lawan kita adalah penjajah (orang lain) dengan perang, maka sekarang yang kita lawan ialah kebodohan dan ketidakadilan. Tidak cukup hanya belajar dan membaca, tapi kita harus mulai memikirkan ide-ide untuk bersumbangsi bagi bangsa. Dan kita juga perlu membudayakan menyalurkan ide melalui tulisan. Dengan begitu, perlahan tapi pasti persoalan bangsa yang kompleks ini dapat diselesaikan, sebab ada ide-ide segar untuk membangun yang bermunculan. Dengannya perjuangan menuju kemerdekaan sejati sesungguhnya dapat dicapai.

Selain itu, rasa cinta terhadap bangsa ini perlu diwujudkan dengan menjaga serta melestarikan berbagai budaya, disamping memakai produk dalam negeri sebagai dukungan terhadap hasil kreatifitas anak bangsa. Semoga!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar